Rabu, 18 Juni 2008

Perpaduan pemikiran paham jabariah dan qodariah

HIDUP ANDA DI TANGAN SIAPA

Suatu Telaah Pemikiran Menjembatani Paham Qodariah dan Jabariah

Dalam pandangan para mutakallimin, perbincangan tentang manusia hampir selalu berujung pada tema-tema relasi teologis, seperti hubungan antara makhluk dengan Kholik. Tema-tema seperti itu, meskipun berat untuk dipikirkan, selalu menarik untuk di bicarakan paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena manusia pada dasarnya merupakan makhluk religius, makhluk yang memiliki kesadaran keberagamaan yang pada tingkat tertentu dapat menjadi spirit yang sangat dominan. Seluruh kehendaknya digerakkan oleh kekuatan raksasa yang sering kali sulit dikendalikan. Bahkan kekuatan rasio sekalipun tidak lagi mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan penyeimbang sehingga akhirnya ia pasrah atas kehendak itu.

Munculnya kekuatan religi ini pada manusia sekaligus mencerminkan adanya batas-batas kehendak manusia, yang karena ketidak berdayaannya ia menjadi makhluk yang sangat fatalistic, dan hanya bergerak pada ketergantungan spiritual yang hampir tidak mengenal batas. Dalam sejarah peradaban umat manusia, watak teologis seperti ini pernah dituduh sebagai sumber utama ketertinggalan dan keterbelakangan. Sehingga muncul suatu asumsi bahwa ikhtiar membangkitkan karsa manusia hanya dapat dilakukan dengan mengembalikan citra teologis itu pada pandangan yang lebih rasional.

Kedua, karena manusia juga pada saat yang sama merupakan makhluk rasional, makhluk yang berdasarkan fitrah penciptaannya dipandang memiliki kelebihan eksklusif. Fasilitas akal yang sengaja dianugerahkan Tuhan kepada manusia telah membentuk dirinya sebagai makhluk yang bebas dan merdeka. Kebebasan dan kemerdekaan berfikir inilah yang pada gilirannya telah memberikan warna pluralisik, baik pada tatanan social maupu spiritual.

Pola-pola berpikir teologis di atas, tanpa disadari kini telah melengkapi khazanah pemikiran Islam yang sangat progresif. Bahkan lebih dari itu, kehadiran produk berpikir tersebut, telah pula membentuk “semacam” madhab teologi yang secara dikotomik terbelah pada kekuatan Qodariah dan Jabariah.

Seperti apa yang telah diterangkan pada posisi atau kondisi kejadian Qodariah, kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak manusia. Pada posisi atau kondisi kejadian Jabariah, kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak kompleks yaitu kehendak alam lingkungan yang unsurnya komplek, dimana manusia juga menjadi salah satu unsurnya.

Manusia bebas melakukan apapun sesuai apa yang dikehendakinya. Namun pada dasarnya ia tidak sepenuhnya bebas. Manusia sebenarnya telah terikat kepada setiap apa yang ia lakukan dalam artian antara lain menanggung seluruh akibat atas apa yang ia lakukan. Keterikatan kepada akibat atas apa yang ia lakukan tidak mungkin di hindarkan karena keberadaan manusia sebagai unsure alam yang harus patuh kepada aturan-aturan Tuhan berupa hukum alam atau sunnatullah. Seperti telah berkali-kali disebutkan bahwa bunyi sunnatullah perihal ini antara lain tercantum dalam (QS. 52: 21) tersebut bahwa setiap orang terikat dari apa yang ia usahakan.

Kasus semut yang mati atas kesengajaan usaha manusia seperti disebutkan dalam bab I buku ini, maka kehendak Tuhan melewati kehendak manusia (posisi Qodariah). Manusia tidak dapat menolak kehendak Tuhan bahwa ia sepenuhnya menanggung resiko dunia dan akhiratnya atas perbuatan memunuh semut tersebut sesuai aturan hukum ciptaannya.

Bagaimana dengan nasib hidup manusia?

Seperti juga makhluk ciptaan Tuhan lainnya tanpa terkecuali, garis kehidupannya telah di polakan oleh Tuhan. Hanya makhluk berakal seperti manusia yang mampu melakukan “improvisasi” atas pola hidupnya dan juga bisa jadi mempengaruhi pola hidup makhluk lalinnya. Diluar makhluk yang berakal, semua mengikuti fitrahnya hanyut ke dalam pola kehidupan yang telah final digariskan Tuhan mengikuti evolusi yang dirancang Tuhan dengan keseimbangan kosmos, keseimbangan lingkungan sebagai motor kompas gerakannya.

Proses “improvisasi” atas pola kehidupan pemberian Tuhan bukan tidak terbatas. Kemampuan manusia berimprovisasi telah ditakar oleh Tuhan dalm bentuk qodar baik dalam bentuk potensi bakat atau software program kehidupan tertentu.

Proses “improvisasi” manusia atas pola kehidupannya sendiri yang telah digariskan oleh Tuhan dibatasi oleh qadar tuhan atas masing-masing manusia itu sendiri yaitu oleh potensi yang dianugerahkan Tuhan atasnya.

Tergantung kepada manusia sendiri ingin memasukkan “input” seperti apa ke dalam “software program” kehidupannya. Akan tetapi untuk mendapatkan “input” itu sendiri sudah ada pula takarannya, takaran dari Tuhan, sehubungan potensi lahir dan batin manusia yang telah ditakar pula oleh-Nya. Oleh karenanya, “output”nya atau perolehan nasib kehidupannya tertakar pula kisarannya dari nilai minimum ke maksimum. Memang manusia berusaha, tetapi tidak lepas dari ketentuan manusia yang telah terukir kisarannya. Hanya perlu dicampan bahwa bentuk “improvisasi” dapat berdampak mengurangi nilai akumulasi keseluruhan usaha manusia yang brsangkutan.

Dengan demikian, makna Qodariah dan Jabariah dalam alur berpikir isi buku ini berbah dari makna lama paham teologi yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri menjadi pengertian baru sebagai suatu posisi atau kondisi sejauh mana seseorang mampu menguasai sebab-sebab kejadian.

Kasus manusia dapat membunuh semut dengan kesengajaannya sehingga manusia mengaku mampu menentuan umur semut tersebut adalah seperti Fir’aun yang dapat menentukan hidup dan matinya manusia di bawah kekuasaannya. Dalam kasus ini, manusia di bawah kekuasaannya. Dalam kasus ini, manusia dan Fir’aun tersebut memiliki kekuasaan atau kekuatan pemberian Tuhan untuk melaksanakan kehendak mereka. Manusia dan Fir’aun tersebut dapat menguasai sebab-sebab kejadian yang dikehendakinya untuk terjadi. Kehendak Tuhan melewati kehendak manusia dan Far’aun tersebut. Dalam kondisi seperti inilah manusia dapat mengatakan bahwa ia dapat menentukan nasib kehidupan berkat anugerah limpahan kehendak dan kekuasaan Tuhan kepadanya. Bahwa apa yang ia dapatkan tergantng dari apa yang ia usahakan baik lahir maupun batin atau dunia maupun akhirat. Pada posisi seperti inilah ayat-ayat suci al-Qur’an yang mendukung paham Qodariah dimaknakan.kondisi atau posisi seperti inilah kondisi atau posisi Qodariah.

Akan tetapi, tidak semua kejadian terjadi dengan kondisi Qodariah, dimana manusia mampu menguasai atau mengendalikan sebab-sebab terjadinya suatu kejadian bahkan sangat banyak kejadian mulai dari musibah hingga keberuntungan di mana manusia sama sekali tidak berdaya atas suatu kejadian yang menimpa diri atau masyarakatnya. Sebagai missal, orang yang terkena musibah kecelakaan pesawat terbang seperti juga musibah tenggelamnya Fir’aun dan pasukannya di laut Merah padajaman Nabi Musa as. Terjadi diluar kehendak mereka yang terkena musibah. Mereka sama sekali tidak berdaya mengendalikan sebab-sebab terjadinya musibah, mereka terpaksa atau dipaksa oleh kehendak kompleks, yaitu kehendak alam lingkungan yang unsurnya kompleks untuk menerima musibah tersebut. Kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak kompleks. Ini bukan hanya dalam peristiwa musibah saja, banyak juga peristiwa keberuntungan kejadiannya sama sekali diluar kesengajaannya. Inilahposisi atau kondisi Jabariah. Pada posisi seperti inilah ayat-ayat suci al-Qur’an yang mendukung paham Jabariah dimaknakan.

Dalam praktek kehidupan manusia sehari-hari, tidak seluruh keinginan manusia dapat dicapai oleh jerih payah usahanya seperti yang dikehendakinya. Kadang-kadang dapat tercapai dan kadang-kadang tidak. Banyak pula perolehan manusia ia dapat diluar kesengajaan usahanya. Dalam kesehariannya, kehidupan manusia diperoleh meleweati kondisi atau posisi Qodariah dan posisi Jabariah atau berkisar dari kondisi Qodariah hingga Jabariah.

Dengan memandang melewati alur berpikir seperti di atas, maka paham Jabariah dan Qodariah menjadi satu pandangan teologi yang lebih utuh. Oleh karenanya, ayat-ayat suci pendukung paham Qodariah dan Jabariah sama sekali tidak bertentangan melainkan saling melengkapi adanya.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pandangan teologi Jabariyah dan teologi Qodariah yang telah lama berseberangan, kiranya dapat saling mengisi melalui jembatan buku kecil ini, menjadikan satu pandangan teologi yang lebih utuh.

Paham Jabariah dan Qodariah yang kedua-duanya dilandasi ayat-ayat suci al-Qur’an, tidak diragukan mengandung kebenaran. Adapun kedua paham teologi tersebut menjadi berseberangan dan konon pernah saling mengkafirkan (Harun Nasution, 1986) adalah suatu hal yang sangat wajar, mausiawi, sehubungan manusia mempunyai banyak keterbatasan dan terutama belum berkembangnya ilmu baru yang mampu mendukung penggabungannya. Untuk itu, kita perlu selalu mempertahankan sifat rendah hati, tawadhu’, karena manusia memang rentang dengan kelemahan serta keterbatasan. Sesuatu yang dianggap benar oleh sebagiah orang menjadi kurang benar oleh sebagian orang lain di hari kemudian, karena berkembangnya ilmu pengetahuan

Demikian pula posisi Jabariahpun dapat berubah menjadi posisi Qodariah karena berkembangnya kemampuan manusia dalam mengendalikan sebab kejadian dengan pesatnya perkembangan-perkembangan pengetahuan, perkembangan rekayasa.

Untuk sekedar membedakan isi pandangan yang tertulis dalam buku kecil ini dengan paham teologi Jabariah dan Qodariah, peulis buku ini menceritakan paham teologi yang tertulis di buku ini dengan teologi salamiah, mengambil dari salam yang bermakna antara lain damai, jauh dari perseturuan.

Tanpa ragu-ragu saya katakana bahwa buku berjudul “HIDUP ADA DITANGAN SIAPA, Suatu Telaah Pemikiran Menjembatani Paham Qodariah Dan Jabariah”, yang ditulis oleh Ir. H. Srijanto Prono ini merupakan hasil karya yang baik. Jarang ada karya semacam ini dinegara kita, yang menyoroti paham teologi secara rasional dan berusaha mempertemukannya. Dan buku ini sangat baik untuk dibaca, paling tidak sebagai referensi tambahan dalam usaha memahami hidup dan manusia. Paparannya penuh argumentasi, sehingga seolah-oleh mengajak pembaca berdialog secara terbuka. Menemukan jembatan pikiran yang sewaktu-waktu bisa berbeda.

1 komentar:

M. Nur Ma'Arif mengatakan...

makalahnya gak lengkap