Bab I
DASAR-DASAR KOMUNIKASI
A. Proses SosialDASAR-DASAR KOMUNIKASI
Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses social, yaitu sesuatu yang berlangsung atau berjalan antar manusia. Istilah proses memang berarti sesuatu yang sedang berlangsung. Artinya proses merupakan perubahan atau serangkaian tindakan dan peristiwa selama beberapa waktu menuju suatu hasil tertentu. Jadi setiap langkah, mulai dari pesan diciptakan sampai menimbulkan pengaruh atau perubahan pada sasaran, adalah proses komunikasi yang asasi.
Sebagai proses social, maka dalam komunikasi, selain terjadi hubungan antar manusia juga terjadi interaksi atau saling mempengaruhi. Justru itu semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, mau tidak mau pasti mengalami perubahan. Itulah sebabnya perubahan merupakan hasil proses komunikasi yang tidak mungkin dielakkan.
Istilah komunikasi diambil dari perkataan inggris “communication” istilah ini bersumber dari bahasa latin communication yang artinya pemberi tahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, di mana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya; ikut mengambil bagian. Kata sifatnya “communis” artinya bersifat umum dan terbuka. Kata kerjanya “communicare” artinya bermusyawarah, berunding atau berdialog.
Jadi komunikasi atau berkomunikasi berarti suatu upaya bersama-orang lain, atau membangun kebersamaan dengan orang lain dengan membentuk perhubungan. Dalam hubungan ini D. Lawrence Kincaid dan Wilbur schramm (1977), menyebut komunikasi sebagai proses membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara peserta dalam proses informasi.
Kedua ahli tersebut selanjutnya menekankan bahwa proses yang asasi dalam komunikasi adalah penggunaan bersama, pengertian ini lebih tepat untuk menggambarkan suatu proses komunikasi dari pada kata-kata; mengirim atau menerima. Karena, penggunaan bersama tidak berarti bahwa seseorang melakukan sesuatu atau memberi daripada seseorang yang lain.
Dengan demikian secara umum komunikasi terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
• Komunikator (sumber)Sebagai proses social, maka dalam komunikasi, selain terjadi hubungan antar manusia juga terjadi interaksi atau saling mempengaruhi. Justru itu semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, mau tidak mau pasti mengalami perubahan. Itulah sebabnya perubahan merupakan hasil proses komunikasi yang tidak mungkin dielakkan.
Istilah komunikasi diambil dari perkataan inggris “communication” istilah ini bersumber dari bahasa latin communication yang artinya pemberi tahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, di mana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya; ikut mengambil bagian. Kata sifatnya “communis” artinya bersifat umum dan terbuka. Kata kerjanya “communicare” artinya bermusyawarah, berunding atau berdialog.
Jadi komunikasi atau berkomunikasi berarti suatu upaya bersama-orang lain, atau membangun kebersamaan dengan orang lain dengan membentuk perhubungan. Dalam hubungan ini D. Lawrence Kincaid dan Wilbur schramm (1977), menyebut komunikasi sebagai proses membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara peserta dalam proses informasi.
Kedua ahli tersebut selanjutnya menekankan bahwa proses yang asasi dalam komunikasi adalah penggunaan bersama, pengertian ini lebih tepat untuk menggambarkan suatu proses komunikasi dari pada kata-kata; mengirim atau menerima. Karena, penggunaan bersama tidak berarti bahwa seseorang melakukan sesuatu atau memberi daripada seseorang yang lain.
Dengan demikian secara umum komunikasi terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
• Komunike (pesan)
• Komunikan (sasaran, penerima khalayak)
• Media (alat penyalur)
• Efek (umpan balik, akibat)
Semua unsure-unsur tersebut merupakan lapangan-lapangan penelitian dan analisa-analisa ilmiah yang dikenal berturut-turut dengan istilah-istilah “control analysis (who), konten analysis (says what), media analysis (in which channel), audience analysis (to whom) dan effect analysis (whit what effect).
Dalam perkembangan berikutnya, Kincaid dan schramm memperkenalkan suatu model yang lain, yaitu peserta-pesan-saluran. Dan kedua tokoh ini juga memperkenalkan suatu model proses komunikasi, yatiu: model komunikasi umpan balik, timbal balik dan model komunikasi antar manusia yang memusat.
B. Jenis KomunikasiDalam perkembangan berikutnya, Kincaid dan schramm memperkenalkan suatu model yang lain, yaitu peserta-pesan-saluran. Dan kedua tokoh ini juga memperkenalkan suatu model proses komunikasi, yatiu: model komunikasi umpan balik, timbal balik dan model komunikasi antar manusia yang memusat.
Komunikasi dibagi dalam beberapa jenis, dari segi media dan peserta, komunikasi dibagi atas:
• Komunikasi persona
• Komunikasi kelompok
• Komunikasi massa
Komunikasi persona disebut juga komunikasi antar individu, yaitu komunikasi yang berlangsung antar dua orang individu atau lebih. Komunikasi ini dapat berlangsung secara tatap muka, tetapi juga terbiasa berlangsung dengan menggunakan alat Bantu (medium) seperti telephon, surat, telegram dan lain-lain. Edward sapir menyebut hal ini sebagai komunikasi antar individu beralat, dan komunikasi yang berlangsung secara tatap muka dinamakan dengan komunikasi individe sederhana.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung dengan beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konsferensi. Sedangkan komunikasi yang berlangsung antara individu atau kelompok dengan massa dinamakan komunikasi massa.
Kommunikasi massa, dapat berlangsung secara tatap muka antara individu dengan massa, seperti dalam pidato, tetapi yang lebih umum dikenal adalah komunikasi yang berlangsung dengan menggunakan media massa.
Dalam perkembangan selanjutnya, dari segi media, komunikasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. komunikasi socialKomunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung dengan beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konsferensi. Sedangkan komunikasi yang berlangsung antara individu atau kelompok dengan massa dinamakan komunikasi massa.
Kommunikasi massa, dapat berlangsung secara tatap muka antara individu dengan massa, seperti dalam pidato, tetapi yang lebih umum dikenal adalah komunikasi yang berlangsung dengan menggunakan media massa.
Dalam perkembangan selanjutnya, dari segi media, komunikasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
b. komunikasi media
komunikasi social pada hakekatnya mancakup komunikasi persona dan komunikasi kelompok,”yaitu komunikasi yang terjadi secara langsung antar manusia, dimana komunikator dengan komunikan berhadapan secara langsung, dengan demikian komunikasi berlangsung dua arah atau timbal balik, seperti dalam model timbale balik dalam komunikasi, atau model komunikasi antar manusia yang memusat. Hal ini berbeda dengan komunikasi yang menggunakan media atau komunikasi media, yang lebih bersifat satu arah. Dalam komunikasi media massa hal ini lebih jelas.
Selain dilihat dari segi media dan penerima, komunikasi dapat juga dibedakan dari segi persan, baik dari segi sifat pesan maupun dari segi jenis pesan dan isi pesan.
Dalam proses komunikasi, dikenal pesan yang bersifat umum dan actual serta pesan yang bersifat pribadi. Komunikasi yang memiliki pesan yang bersifat umum dan actual digolongkan dalam jenis kommunikasi-massa. Dalam komunikasi masa ini disamakan dengan pulisistik. Sedang komunikasi yang mempunyai pesan yang bersifat pribadi atau yang tidak bersifat umum dan tidak actual, digolongkan dalam jenis komunikasi persona.
Selanjutnya dari segi jenis pesan, komunikasi dapat dibedakan atas:Selain dilihat dari segi media dan penerima, komunikasi dapat juga dibedakan dari segi persan, baik dari segi sifat pesan maupun dari segi jenis pesan dan isi pesan.
Dalam proses komunikasi, dikenal pesan yang bersifat umum dan actual serta pesan yang bersifat pribadi. Komunikasi yang memiliki pesan yang bersifat umum dan actual digolongkan dalam jenis kommunikasi-massa. Dalam komunikasi masa ini disamakan dengan pulisistik. Sedang komunikasi yang mempunyai pesan yang bersifat pribadi atau yang tidak bersifat umum dan tidak actual, digolongkan dalam jenis komunikasi persona.
• komunikasi politik
• komunikasi perdagangan
• komunikasi kesehatan / keluarga berencana
• komunikasi agama
• komunikasi kesenian
• komunikasi pertanian
Daftar tersebut bisa diperpanjang. Pendeknya jenis komunikasi, ditentukan oleh jenis pesan yang dibawakannya. Advertensi, iklan dan reklame misalnya, yang membawa pesan-pesan perdagangan yang mana hal ini termasuk dalam komunikasi perdagangan. Propaganda, agitasi dan kampanye pemilu adalah komunikasi politik. Hotbah, tabligh dan santapan rohani, termasuk dalam komunikasi Agama.
Bab II
MEDIA KOMUNIKASI
A. Unsur Media Dalam KomunikasiMEDIA KOMUNIKASI
Unsur media dalam komunikasi telah menarik banyak perhatian, karena banyak memberikan pengaruh dalam perkembangan komunikasi, baik sebagai proses social maupun sebagai ilmu pengetahuan. Kehadiran media terutama media massa (pers, film, radio dan televise) sebagi hasil kemajuan ilmu dan tekhnologi, telah memberikan pengaruh dalam proses operasional komunikasi, terutama dalam unsur-unsur komunikasi lainnya. Disamping itu media telah membuat komunikasi dalam beberapa jenis, seperti komunikasi persona, komunikasi massa, komunikasi media massa dan sebagainya.
Media massa pun juga telah meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh social yang cukup besar. Sebab itu pengaruh dan efeknya pun dalam kehidupan masyarakat juga besar dan kompleks.
Ilmu komunikasi adalah ilmu pengetahuan social, maka dengan sendirinya studi tentang itu hanyalah terbatas pada segi social dan psikologik saja. Hal ini mempengaruhi bagaimana persoalan dan efek dari isi pernyataan yang dibawakan oleh alat-alat tersebut pada khalayak atau masyarakat dan tentunya menjadi penting persoalan bagaimana penggunaan, pemilikan, peranan, fungsi, tugas kedudukan, kewajiban tanggung jawab social massa-media itu terhadap kehidupan social atau masuarakat.
Media massa pun juga telah meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh social yang cukup besar. Sebab itu pengaruh dan efeknya pun dalam kehidupan masyarakat juga besar dan kompleks.
Ilmu komunikasi adalah ilmu pengetahuan social, maka dengan sendirinya studi tentang itu hanyalah terbatas pada segi social dan psikologik saja. Hal ini mempengaruhi bagaimana persoalan dan efek dari isi pernyataan yang dibawakan oleh alat-alat tersebut pada khalayak atau masyarakat dan tentunya menjadi penting persoalan bagaimana penggunaan, pemilikan, peranan, fungsi, tugas kedudukan, kewajiban tanggung jawab social massa-media itu terhadap kehidupan social atau masuarakat.
B. Jenis Media
Media atau medium yang berasal dari bahasa latin itu, berarti saluran atau alat menyalurkan. Dalam pengertian jamak dipakai istilah media sedangkan dalam pengertian tunggal dipakai istilah medium.
Medium pada prinsipnya ialah segala sesuatu yang merupakan alat dengan mana orang menyatakan isi jiwa atau kesadarannya. Atau dengan kata lain, medium adalah alat untuk menyampaikan isi jiwa manusia.
Mengenai alat-alat menyampaikan jiwa manusia itu, yang dikenal hingga dewasa ini meliputi:
The spoken words (yang berbentuk ucapan)
The printed writing (yang berbentuk tulisan)
The audiovisual media (yang berbentuk gambar hidup)
Dalam golongan pertama (the spoken words) ini termasuk dalam bentuk bunyi, dan karena hanya dapat ditangkap dengan telinga, maka disebut “the audio media”. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ucapan secara langsung, yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam golongan yang kedua (the printed writing), termasuk didalamnya barang-barang tercetak, gambar-gambar atau lukisan-lukisan yang dalam kehidupan sehari-hari kita kenal misalnya buku, pamphlet, surat kabar, brosur, majalah dan lain-lain.
Sedang golongan yang ketiga (the audiovisual media) baru dijumpai pada zaman abad kedua puluh ini, yaitu film dan televise. Golongan ini adalah penggabungan dari golongan pertama dan kedua, yaitu serentak dapat ditangkap oleh mata dan telinga.
C. Media Massa dan Unsur-Unsur Lainnya
Pers, radio, film maupun televise tidak mungkin terselenggarakandengan satu pasang tangan saja, melainkan harus banyak orang dalam suatu kolektifitas, yang terorganisir rapi. Dalam hal ini factor organisasi, administrasi, dan management dan bahkan leadership sangat memegang peranan penting dalam penyelenggaraan penyiaran pesan-pesan melalui alat-alat komunikasi massa tersebut.
Kini dapat kita menghayati, bahwa komunikasi dengan media massa tidaklah sederhana seperti dalam komunikasi individu, melainkan ruwet dan kompleks.
Bab III
Efek dan Efektivitas
Efek dan Efektivitas
A. Khalayak Sebagai Sasaran
Khalayak dalam komunikasi massa dapat terdiri dari pembaca surat kabar, pendengan radio, penonton film dan telefisi serta pendengan pidato. Dengan kata lain, khalayak, terutama dalam komunikasi massa adalah mereka yang menjadi sasaran pesan-pesan yang bersifat umum. Juga khalayak dapat juga merupakan orang banyak yang menjadi sasaran pidato atau media massa, yang disebut dengan massa.
Sebagai sasaran media massa maka individu dalam massa tetap berada pada tempatnya masing-masing, tanpa perlu mengadakan hubungan dengan individu-indivdu yang lain dan malah tidak perlu berkumpul di suatu tempat tertentu secara keseluruhan. Hal ini berarti mereka dapat menunjukkan suatu lautan manusia yang abstrak yang terdiri dari semua kelas dan lapisan masyarakat, yang kaya dan yang miskin, yang laki dan yang perempuan, yang tentara dan yang sipil, yang berpangkat dan yang tidak berpangkat, dan sebagainya. Mereka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Justru itu mereka sangat bersifat heterogen dan tidak kompak. Individu-individu dalam massa terpencar-pencar satu sama lainnya tidak saling kenal mengenal. Namun mereka merupakan suatu kesatuan karena adanya persamaan perhatian terhadap suatu pernyataan umum yang sama, yang sedang dilontarkan baik langsung maupun lewat alat-alat komunikasi massa. Dengan demikian individu-individu dalam massa tidak saling pengaruh menpengaruhi melainkan berdiri sendiri-sendiri.
Secara umum, massa khalayak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Jumlah anggotanya relative bersar / luas. Suatu khalayak yang kepadanya dikomunikasikan sesuatu, didalam periode waktu yang pendek dan dimana komunikator tidak dapat berinteraksi dengan anggota-anggota khalayak tersebut secara tatap muka.
2. bersifat heterogen: anggota-anggotanya beraneka ragam pekerjaannya atau kedudukannya didalam masyarakat berbeda-beda tingkatan umurnya, bermacam-macam jenis kelamin, tingkat pendidikan, daerah pendidikan, dan lain-lain
3. Anonim: bahwa individu-individu dari anggota-anggota khalayak itu umumnya tidak dikenal secara pribadi oleh komunikator.
Identifikasi massa yang khas ini, kemudian oleh Mayor Polak dijuluki suatu bentuk pengelompokkan yang spesifik dan gejala-gejala zaman yang modern. Artinya gejala-gejala tersebut hanya ditemukan pada abad ke duapuluh ini, ketika dunia menampilkan media massa. Dengan demikian pengertian ini mengoreksi pengertian-pengertian massa sebelumnya yang diberikan oleh para ahli.
B. Proses Terjadinya Efek.Sebagai sasaran media massa maka individu dalam massa tetap berada pada tempatnya masing-masing, tanpa perlu mengadakan hubungan dengan individu-indivdu yang lain dan malah tidak perlu berkumpul di suatu tempat tertentu secara keseluruhan. Hal ini berarti mereka dapat menunjukkan suatu lautan manusia yang abstrak yang terdiri dari semua kelas dan lapisan masyarakat, yang kaya dan yang miskin, yang laki dan yang perempuan, yang tentara dan yang sipil, yang berpangkat dan yang tidak berpangkat, dan sebagainya. Mereka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Justru itu mereka sangat bersifat heterogen dan tidak kompak. Individu-individu dalam massa terpencar-pencar satu sama lainnya tidak saling kenal mengenal. Namun mereka merupakan suatu kesatuan karena adanya persamaan perhatian terhadap suatu pernyataan umum yang sama, yang sedang dilontarkan baik langsung maupun lewat alat-alat komunikasi massa. Dengan demikian individu-individu dalam massa tidak saling pengaruh menpengaruhi melainkan berdiri sendiri-sendiri.
Secara umum, massa khalayak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Jumlah anggotanya relative bersar / luas. Suatu khalayak yang kepadanya dikomunikasikan sesuatu, didalam periode waktu yang pendek dan dimana komunikator tidak dapat berinteraksi dengan anggota-anggota khalayak tersebut secara tatap muka.
2. bersifat heterogen: anggota-anggotanya beraneka ragam pekerjaannya atau kedudukannya didalam masyarakat berbeda-beda tingkatan umurnya, bermacam-macam jenis kelamin, tingkat pendidikan, daerah pendidikan, dan lain-lain
3. Anonim: bahwa individu-individu dari anggota-anggota khalayak itu umumnya tidak dikenal secara pribadi oleh komunikator.
Identifikasi massa yang khas ini, kemudian oleh Mayor Polak dijuluki suatu bentuk pengelompokkan yang spesifik dan gejala-gejala zaman yang modern. Artinya gejala-gejala tersebut hanya ditemukan pada abad ke duapuluh ini, ketika dunia menampilkan media massa. Dengan demikian pengertian ini mengoreksi pengertian-pengertian massa sebelumnya yang diberikan oleh para ahli.
Efek adalah unsur penting dalam keseluruhan proses komunikasi. Efek bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi penerima (komunikasi) terhadap pesan yang dilontarkan oleh komunikator, melainkan efek dalam komunikasi merupakan paduan sejumlah “kekuatan” yang bekerja dalam masyarakat dimana komunikator hanya dapat menguasai satu kekuatan saja, yaitu pesan-pesan yang dilontarkan. Bentuk kongkrit efek dalam komunikasi adalah terjadinya perubahan pendapat atau sikap atau prilaku khalayak, akibat pesan yang menyentuhnya. Hal ini menyangkut pesan komunikasi yang asasi sifatnya.
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa proses komunikasi ialah jalan hubungan rohaniah yang diciptakan oleh pesan mulai saat dilontarkan hingga diterima oleh sasaran dengan efek-efek tertentu. Menurut Schramm (1955) komunikasi dapat dimulai dari sumber (komunikator) yang meraskan orgensinya suatu pesan (komunike) untuk disampaikan pada komunikan (khalayak), sebagai sasaran. Agar pesan itu dapat disampaikan, maka terlebih dahulu harus diberi bentuk (encoder), melalui bahasa dengan meggunakan symbol atau lambang-lambang yang berarti (fervbal symbol maupun non ferbal symbol). Kemudian pernyataan itu dilontarkan langsung atau melalui alat-alat baru (media). Seterusnya pernyataan tersebut diterima oleh khalayak, dengan terlebih dahulu diartikan (recoder) dan kemudian ditafsirkan. Terakhir timbullah efek yang bermacam-macam. Sesuai pengaruh (kekuatan) pesan tersebut pada khalayak.
Kemudian untuk mengetahui efek tersebut pada khalayak, dan selanjutnya pada masyarakat adalah suatu hal yang sulit. Efek tidak dapat dilihat pada fenomena social pada waktu tertentu saja.
Sebagaimana pula telah diterangkan bahwa kendatipun khalayak menghadapi individu-individu sebagai penerima kenyataan (individual receiver). Justru itu efek suatu komunikasi massa beruupa realitas-realitas kemasyarakatan pada dasarnya dimulai dari “individu-individu yang jumlahnya tak terbatas. Individu-individu bersikap sendiri-sendiri menurut kondisinya masing-masing.”.
Oleh karena itu kita dapat menyatakan bahwa efek terjadi pada individu-individu dan kemudian menjadi sikap masyarakat. Dan efek suatu komunikasi pada umumnya terhadap individu secara kongkrit dapat di klasifikasikan dalam tingkat-tingkat sebagai berikut:
1. menerima ide, melaksanakan dan menganjurkan kepada orang lain.Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa proses komunikasi ialah jalan hubungan rohaniah yang diciptakan oleh pesan mulai saat dilontarkan hingga diterima oleh sasaran dengan efek-efek tertentu. Menurut Schramm (1955) komunikasi dapat dimulai dari sumber (komunikator) yang meraskan orgensinya suatu pesan (komunike) untuk disampaikan pada komunikan (khalayak), sebagai sasaran. Agar pesan itu dapat disampaikan, maka terlebih dahulu harus diberi bentuk (encoder), melalui bahasa dengan meggunakan symbol atau lambang-lambang yang berarti (fervbal symbol maupun non ferbal symbol). Kemudian pernyataan itu dilontarkan langsung atau melalui alat-alat baru (media). Seterusnya pernyataan tersebut diterima oleh khalayak, dengan terlebih dahulu diartikan (recoder) dan kemudian ditafsirkan. Terakhir timbullah efek yang bermacam-macam. Sesuai pengaruh (kekuatan) pesan tersebut pada khalayak.
Kemudian untuk mengetahui efek tersebut pada khalayak, dan selanjutnya pada masyarakat adalah suatu hal yang sulit. Efek tidak dapat dilihat pada fenomena social pada waktu tertentu saja.
Sebagaimana pula telah diterangkan bahwa kendatipun khalayak menghadapi individu-individu sebagai penerima kenyataan (individual receiver). Justru itu efek suatu komunikasi massa beruupa realitas-realitas kemasyarakatan pada dasarnya dimulai dari “individu-individu yang jumlahnya tak terbatas. Individu-individu bersikap sendiri-sendiri menurut kondisinya masing-masing.”.
Oleh karena itu kita dapat menyatakan bahwa efek terjadi pada individu-individu dan kemudian menjadi sikap masyarakat. Dan efek suatu komunikasi pada umumnya terhadap individu secara kongkrit dapat di klasifikasikan dalam tingkat-tingkat sebagai berikut:
2. bisa menerima dan melaksanakan.
3. ide diterima tapi masih dipikirkan pelaksanaannya.
4. ide tidak diterima
5. ide ditolak bahkan memikirkan kemungkinan mengambil saran atau anjuran dari pihak lawan A, yaitu C.
6. menolak ide A, dan mengambil ide dari lawan A yaitu C.
7. menolak ide dari A, menerima ide dari C, dan menganjurkan penggunaan ide C kepada orang lain.
Sesungguhnya suatu ide yang menyentuh dan merangsang individu dapat diterima atau ditolak sebagaimana tingkat-tingkat efek yang tersebut itu, pada umumnya melalui proses:
1. Proses mengerti (proses koknitif)2. Proses objektif (proses menyetujui)
3. proses perbuatan (proses sensomotorik)
Atau dapat juga dikatakan melalui proses:
1. Terbentuknya suatu pengertian atau pengetahuan
2. Proses suatu sikat menyetujui atau tidak menyetujui
3. Proses terbentuknya gerak pelaksanaan.
Proses diatas menurut E. Roger dan Schumacer (1971) sebenarnya melalui lima tahap yaitu:
1. kesadaran
2. perhatian
3. efaluasi
4. coba-coba
5. adopsi
C. Factor Yang Mempengaruhi Terjadinya Efek
Perlu dipahami bahwa bentuk dari kongkrit efek adalah terjadinya perubahan pendapat, sikap dan prilaku khalayak sebagai manifestasi dari rangsangan yang menyentuhnya baik langsung maupun maupun lewat media massa.
Dalam ilmu jiwa diterangkan bahwa sikap atau kelakuan manusia itu adalah refleksi saling bermain antara factor internal dan factor external.
Jadi sebelum rangsangan itu datang, maka pada diri individu itu telah terdapat sikap atau kelakuan yang merupakan senjata baginya untuk mengkonfrontasi rangsangan-rangsangan yang datang. Oleh karena itu tiap-tiap individu tidaklah mengalami pengaruh itu secara pasif melainkan secara aktif. Jiwa individu itu sendiri mempunyai potensi dinamis dalam mewujudkan sikap atau kelakuannya. Dr. A. Lyzen (13, 1967) menyatakan bahwa tiap-tiap manusia mempunyai watak dan sifat tertentu yang menjadi senjata baginya terhadap pengaruh-pengaruh social dari luar. Jadi pengaruh-pengaruh itu sekali-kali tidak dialaminya secara pasif belaka melainkan sebagai individu yang agak bebas diusahakannya suatu aktifitas yang agak kuat juga.
Oleh karena itu dapat juga dikatakan, bahwa efek suatu komunikasi adalah perpaduan atau resultant dari sejumlah kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam diri khalayak. Justru itu efek akan mengalami banyak pengaruh dari banyak factor dalam diri khalayak yang secara garis besarnya dapat kita golongkan dalam dua bagian yaitu factor-faktor psikologi dan fisik sebagai factor internal dan factor social cultural sebagai factor external.
1. Factor Psikologi Dan Fisik
Suatu pesan yang dilontarkan kepada khalayak dengan menyentuh panca indra dan pikiran hanya akan diterima bila man aide itu sesuai dengan sikap-sikap kejiwaan dan kepribadiannya dan dalam kondisi fisik yang normal.
Dimuka telah dijelaskan bahwa ide atau pesan itu diterima oleh individu, dengan terlebih dahulu “mendecoder” lambang-lambang yang digunakan. Kemampuan “mendecoder” individu atau khalayak tersebut adalah sangat tergantung kepada pengetahuan atau pengalamannya. Lagi pula proses pemindahan ide tersebut (komunikasi) sesungguhnya menggunkan proses berfikir sebagai dasarnya, adalah juga diikat oleh dasar pengetahuan dan pengalaman seseorang. Berfikir adalah berarti menganalisa, mengabstraksi, dan seterusnya. Atau merangkaikan tanggapan yang satu degan tanggapan yang lain. Hal ini disebut dengan feel of experience (lapangan pengalaman)
Dr. Astrid Susanto (67, 1974) menyebut lapangan pengalaman itu sebagai pedoman individu yang dibuat, atas dasar hal yang pernah dialaminya sendiri. Jadi segala sesuatu yang pernah dialaminya sendiri itulah kemudian menjadi pedomannya. Kemudian pengalaman-pengalaman orang lain yang tidak dialaminya, tapi menjadi pedoman dalam lingkungan sosialnya atau masyarakat dan diambil juga sebagai pedomannya disebut frame of reference atau kereangka reference.
Kerangka reference, adalah suatu system hubungan fungsiaonal yang terdiri atas pengearuh-pengaruh tertentu. Jadi dalam hal ini keprivadian seseorang.
2. Factor Social dan Kultural
Prof. Mr. Drs. Notonegoro menyebut manusia itu sebagai makhluk atau kesatuan yang “monodualis”. Artinya pada diri manusia selain memiliki aspek individu, juga terdapat aspek social. Karena atu manusia sekaligus memiliki sifat individu dan sifat social.
Telah banyak diterangkan bahwa individu tidak mungkin dapat dipikirkan tanpa individu lain. Manusia tidak dapat berkembang kecuali dengan bantuan sesamanya. Bantuan dan pendidikan pertama kalinya diperoleh individu dari keluarganya sendiri. Itu pulalah yang merupakan kelompok pertama yang dialami dan memberi pengaruh besar pada diri individu. Kelompok selanjutnya yang tidak pula kurang pengaruhnya, ialah kelompok tetangga, teman-teman sepermainan, kelompok belajar dan seterusnya, yang keseluruhannya digolongkan dalam istilah “primary group”.
Betapa besar pengaruh kelompok khususnya dan masyarakat umumnya dalam pembentukan kepribadian seseorang telah disinggung di muka dalam pembicaraan mengenai kerangka referensi. Lebih jelas Harold D. Lasswel (230-232, 1949) mengemukakan factor yang disebut:
1. attention aren
2. public area
3. sentiment area.
Ketiga hal tersebut di atas adalah untuk menunjukkan keterikatan icdividu terhadap kelompok. Lasswell menyebutkan “psychological areas” manusia, justru karena akan menentukan dan merupakan “symbolic areas” dari pengalaman dan pengaruh masyarakat atas diri seseorang. Bidang ini akan menentukan relasi atau system hubungan masyarakat dengan diri seseorang serta pengaruh masyarakat itu, sehingga menjadi bagian dari krangka referensi.
Dalam hubungan proses komunikasi pada umumnya rangsangan yang mengandungnilai-nilai, dan menyentuh individu, maka jawabannya dibuat dalam kelompok, sedikit-dikitnya idea yang merangsang itu dievaluasi apakah disetujui atau tidak disetujui oleh kelompok khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bahkan sikap seseorangitu selalu diukur dengan kaca mata “primary groupnya”
3. Pengambilan Keputusan Dan Pemimpin Pendapat
Seperti telah disinggung, bahwa khalayak pada saat bersamaan tidaklah disentuh oleh satu rangsangan pesan saja, melainkan oleh banyak rangsangan. Justru itu khalayak dalam masyarakat modern khususnya, boleh dikatakan hamper setiap saat ia dihapapkan kepada pilihan antara banyak alternative. Misalnya pada saat yang bersamaan media massa, pers, film, radio dan televise membawakan idea dan pengaruh yang berbeda-beda terhadap khalayak yang sama, apalagi yang bertentangan dengan sendirinya khalayak diletakkan pada posisi yang sulit, yaitu memilih di antara sekian banyak idea yang ada.
Peril disadari, bahwa memilih alternative di antara sekian banyak alternative yang ada itu, adalah pada dasarnya mengarah pada penentuan sikap dan tindakan. Dan seperti telah dijelaskan berulangkali, bahwa seseorang berkomunikasi adalah karena dituntut oleh masalah hdupnya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupny, maka dengan sendirinya ia akan memilih alternative yang di dalamnya termuat kepentingannya, ataupun mendekatkan ia pada harapan-harapan pemenuhan terhadap kebutuhannya, masa kini dan masa dating dan mengelakkan alternative yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepentingan-kepentingannya. Dengan demikian khalayak sebelum mengambil keputusan terlebih dahulu alternative-alternatif yang ada itu dikonfrontasi dengan kebutuhan-kebutuhannya masa kini dan harapan-harapannya di masa mendatang. Mana yang paling cocok atau sesuai dengan itu, maka tentunya alternative itulah yang akan diterima. Dan seperti telah diterangkanpula, bahwa keseluruhannya itu erat sekali kaitannya dengan kerangka referensi dan lapangan pengalaman khalayak.
Sesungguhnya meminta khalayak untuk segera mengambil keputusan adalah sesungguhnya meminta perubahan mentaldarinya. Dalam hal ini berarti, meninggalkan pola-pola lama dan menerima pola-pola baru yang dianggapnya lebih menguntungkan. Justru itu seseorang dalam mengambil keputusan ditentukan dari masa lampaunya dengan mengkaitkan dengan masa datangnya. Seseorang akan mengambil keputusan apabila ia dapat melihat ke depan, bisa meramalkan apa yang akan dialaminya, apabila ia memilih sesuatu yang dianjurkan. Disini seseorang akan mengalami kesukaran, karena menetapkan pilihan itu meminta juga kemampuan untuk mengetahui utung rugi dari keputusan yang akan diambil. Setiap orang akan menjatuhkan pilihannya pada yang paling menguntungkan untuk dirinya. Justru itu, dapat juga disebut bahwa mengambil keputusan untuk bertindak, adalah sebenarnya proses memilih konsekwensi-konsekwensi alternative. Kesukaran akan lebih dialami lagi bilamana pengambilan keputusan itu harus dengan segera, dan merupakan kesempatan yang tidak akan berulang lagi. Perlu diingat bahwa tidak mengambil keputusan atau sikap, adalah sesungguhnya sesuatu keputusan atau sikap pula.
Pada akhirnya pengambilan keputusan atau sikap itu, akan tergantung pada kwalitas individu yang menerima rangsangan-rangsangan yang menyentuhnya. Oleh karena itu keputusan yang diambil oleh seseorang ditentukan sekali oleh:
1. jenis keputusan yang akan diambil
2. kemampuan memperhitungkan untung rugi dari keputusan yang diambil
3. pengalaman dan pendidikannya
4. kapan dan dimana keputusan itu diambil
Dalam ilmu jiwa diterangkan bahwa sikap atau kelakuan manusia itu adalah refleksi saling bermain antara factor internal dan factor external.
Jadi sebelum rangsangan itu datang, maka pada diri individu itu telah terdapat sikap atau kelakuan yang merupakan senjata baginya untuk mengkonfrontasi rangsangan-rangsangan yang datang. Oleh karena itu tiap-tiap individu tidaklah mengalami pengaruh itu secara pasif melainkan secara aktif. Jiwa individu itu sendiri mempunyai potensi dinamis dalam mewujudkan sikap atau kelakuannya. Dr. A. Lyzen (13, 1967) menyatakan bahwa tiap-tiap manusia mempunyai watak dan sifat tertentu yang menjadi senjata baginya terhadap pengaruh-pengaruh social dari luar. Jadi pengaruh-pengaruh itu sekali-kali tidak dialaminya secara pasif belaka melainkan sebagai individu yang agak bebas diusahakannya suatu aktifitas yang agak kuat juga.
Oleh karena itu dapat juga dikatakan, bahwa efek suatu komunikasi adalah perpaduan atau resultant dari sejumlah kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam diri khalayak. Justru itu efek akan mengalami banyak pengaruh dari banyak factor dalam diri khalayak yang secara garis besarnya dapat kita golongkan dalam dua bagian yaitu factor-faktor psikologi dan fisik sebagai factor internal dan factor social cultural sebagai factor external.
1. Factor Psikologi Dan Fisik
Suatu pesan yang dilontarkan kepada khalayak dengan menyentuh panca indra dan pikiran hanya akan diterima bila man aide itu sesuai dengan sikap-sikap kejiwaan dan kepribadiannya dan dalam kondisi fisik yang normal.
Dimuka telah dijelaskan bahwa ide atau pesan itu diterima oleh individu, dengan terlebih dahulu “mendecoder” lambang-lambang yang digunakan. Kemampuan “mendecoder” individu atau khalayak tersebut adalah sangat tergantung kepada pengetahuan atau pengalamannya. Lagi pula proses pemindahan ide tersebut (komunikasi) sesungguhnya menggunkan proses berfikir sebagai dasarnya, adalah juga diikat oleh dasar pengetahuan dan pengalaman seseorang. Berfikir adalah berarti menganalisa, mengabstraksi, dan seterusnya. Atau merangkaikan tanggapan yang satu degan tanggapan yang lain. Hal ini disebut dengan feel of experience (lapangan pengalaman)
Dr. Astrid Susanto (67, 1974) menyebut lapangan pengalaman itu sebagai pedoman individu yang dibuat, atas dasar hal yang pernah dialaminya sendiri. Jadi segala sesuatu yang pernah dialaminya sendiri itulah kemudian menjadi pedomannya. Kemudian pengalaman-pengalaman orang lain yang tidak dialaminya, tapi menjadi pedoman dalam lingkungan sosialnya atau masyarakat dan diambil juga sebagai pedomannya disebut frame of reference atau kereangka reference.
Kerangka reference, adalah suatu system hubungan fungsiaonal yang terdiri atas pengearuh-pengaruh tertentu. Jadi dalam hal ini keprivadian seseorang.
2. Factor Social dan Kultural
Prof. Mr. Drs. Notonegoro menyebut manusia itu sebagai makhluk atau kesatuan yang “monodualis”. Artinya pada diri manusia selain memiliki aspek individu, juga terdapat aspek social. Karena atu manusia sekaligus memiliki sifat individu dan sifat social.
Telah banyak diterangkan bahwa individu tidak mungkin dapat dipikirkan tanpa individu lain. Manusia tidak dapat berkembang kecuali dengan bantuan sesamanya. Bantuan dan pendidikan pertama kalinya diperoleh individu dari keluarganya sendiri. Itu pulalah yang merupakan kelompok pertama yang dialami dan memberi pengaruh besar pada diri individu. Kelompok selanjutnya yang tidak pula kurang pengaruhnya, ialah kelompok tetangga, teman-teman sepermainan, kelompok belajar dan seterusnya, yang keseluruhannya digolongkan dalam istilah “primary group”.
Betapa besar pengaruh kelompok khususnya dan masyarakat umumnya dalam pembentukan kepribadian seseorang telah disinggung di muka dalam pembicaraan mengenai kerangka referensi. Lebih jelas Harold D. Lasswel (230-232, 1949) mengemukakan factor yang disebut:
1. attention aren
2. public area
3. sentiment area.
Ketiga hal tersebut di atas adalah untuk menunjukkan keterikatan icdividu terhadap kelompok. Lasswell menyebutkan “psychological areas” manusia, justru karena akan menentukan dan merupakan “symbolic areas” dari pengalaman dan pengaruh masyarakat atas diri seseorang. Bidang ini akan menentukan relasi atau system hubungan masyarakat dengan diri seseorang serta pengaruh masyarakat itu, sehingga menjadi bagian dari krangka referensi.
Dalam hubungan proses komunikasi pada umumnya rangsangan yang mengandungnilai-nilai, dan menyentuh individu, maka jawabannya dibuat dalam kelompok, sedikit-dikitnya idea yang merangsang itu dievaluasi apakah disetujui atau tidak disetujui oleh kelompok khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bahkan sikap seseorangitu selalu diukur dengan kaca mata “primary groupnya”
3. Pengambilan Keputusan Dan Pemimpin Pendapat
Seperti telah disinggung, bahwa khalayak pada saat bersamaan tidaklah disentuh oleh satu rangsangan pesan saja, melainkan oleh banyak rangsangan. Justru itu khalayak dalam masyarakat modern khususnya, boleh dikatakan hamper setiap saat ia dihapapkan kepada pilihan antara banyak alternative. Misalnya pada saat yang bersamaan media massa, pers, film, radio dan televise membawakan idea dan pengaruh yang berbeda-beda terhadap khalayak yang sama, apalagi yang bertentangan dengan sendirinya khalayak diletakkan pada posisi yang sulit, yaitu memilih di antara sekian banyak idea yang ada.
Peril disadari, bahwa memilih alternative di antara sekian banyak alternative yang ada itu, adalah pada dasarnya mengarah pada penentuan sikap dan tindakan. Dan seperti telah dijelaskan berulangkali, bahwa seseorang berkomunikasi adalah karena dituntut oleh masalah hdupnya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupny, maka dengan sendirinya ia akan memilih alternative yang di dalamnya termuat kepentingannya, ataupun mendekatkan ia pada harapan-harapan pemenuhan terhadap kebutuhannya, masa kini dan masa dating dan mengelakkan alternative yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepentingan-kepentingannya. Dengan demikian khalayak sebelum mengambil keputusan terlebih dahulu alternative-alternatif yang ada itu dikonfrontasi dengan kebutuhan-kebutuhannya masa kini dan harapan-harapannya di masa mendatang. Mana yang paling cocok atau sesuai dengan itu, maka tentunya alternative itulah yang akan diterima. Dan seperti telah diterangkanpula, bahwa keseluruhannya itu erat sekali kaitannya dengan kerangka referensi dan lapangan pengalaman khalayak.
Sesungguhnya meminta khalayak untuk segera mengambil keputusan adalah sesungguhnya meminta perubahan mentaldarinya. Dalam hal ini berarti, meninggalkan pola-pola lama dan menerima pola-pola baru yang dianggapnya lebih menguntungkan. Justru itu seseorang dalam mengambil keputusan ditentukan dari masa lampaunya dengan mengkaitkan dengan masa datangnya. Seseorang akan mengambil keputusan apabila ia dapat melihat ke depan, bisa meramalkan apa yang akan dialaminya, apabila ia memilih sesuatu yang dianjurkan. Disini seseorang akan mengalami kesukaran, karena menetapkan pilihan itu meminta juga kemampuan untuk mengetahui utung rugi dari keputusan yang akan diambil. Setiap orang akan menjatuhkan pilihannya pada yang paling menguntungkan untuk dirinya. Justru itu, dapat juga disebut bahwa mengambil keputusan untuk bertindak, adalah sebenarnya proses memilih konsekwensi-konsekwensi alternative. Kesukaran akan lebih dialami lagi bilamana pengambilan keputusan itu harus dengan segera, dan merupakan kesempatan yang tidak akan berulang lagi. Perlu diingat bahwa tidak mengambil keputusan atau sikap, adalah sesungguhnya sesuatu keputusan atau sikap pula.
Pada akhirnya pengambilan keputusan atau sikap itu, akan tergantung pada kwalitas individu yang menerima rangsangan-rangsangan yang menyentuhnya. Oleh karena itu keputusan yang diambil oleh seseorang ditentukan sekali oleh:
1. jenis keputusan yang akan diambil
2. kemampuan memperhitungkan untung rugi dari keputusan yang diambil
3. pengalaman dan pendidikannya
4. kapan dan dimana keputusan itu diambil
Bab IV
PERUMUSAN STRATEGI
DAN PERANAN KOMUNIKATOR
PERUMUSAN STRATEGI
DAN PERANAN KOMUNIKATOR
A. Perumusan Strategi
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan conditional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak atau sasaran. Kemudian berdasarkan pengenalan serta komunikator diplih, sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain agar kekuatan penangkal yang dimiliki khalayak dapat “dijinakkan”, juga untuk mengalahkan kekuatan pengaruhdari pesan-pesan lain yang berasal dari sumber (komunikato) lain. Cara seperti ini, menurut Astrid Susanto (1974)merupakan PERSUASI dalam arti yang sesungguhnya.
1. Mengenal khalayak
Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bah komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwadalam proses komunikasi, khalayakitu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif, sehinga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Artinya khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat diengaruhi oleh komunikan atau khalayak.
Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan memahami krangka pengalaman dan krangka referensi khalayak secara tepat dan seksama, yang meliputi:
a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari:
• Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
• Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan
• Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma elompok dan masyarakat yang ada.
c. Situasi dimana khalayak itu berada
Dengan sendirinya hal-hal tersebut dapat diketahui melalui orientasi, penjajakan atau penelitian. Kesemuanya ini meurupakan usaha untuk mengadakan identifikasi mengenai public.
Demikian juga dari segi kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya mengenai Inovasi, melalui penelitian dapat diperoleh identifikasi public atau khalayak. Dalam hal ini schoenfeld (dalam Astrid S. Soesanto, 141-142, 1974) mengungkapkan klasifikasi khalayak sebagai berikut
1. Innovator ataupun penemu idea adalah orang-orang yang kaya akan idea baru, dan karenanya mudanh atau sukar menerima idea baru orang lain.
2. Early adopters atau orang-orangyang cepat bersedia untuk mencoba apayang dianjurkan kepadanya.
3. early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima idea-idea baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.
4. majoritu atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau menolak idea baru, terbatas pada suatu daerah.
5. Non-adopters ataupunorang-orang yang tidak suka menerima idea baru dan mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang semula.
2. Menyusun Pesan
Awal dar efektifitas dari suatu komunikasi adalah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA. Procedure atau from attention to Action procedure, artinya membangkitkan perhatian untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
Pesan harus disampaikan dengan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju-tuju. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi dari pada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu. pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh ku\ebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki..
3. Menetapkan Metode
Seperti telah disinggung, bahwa mencapai efektifitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metoda-metoda penyampaiannya kepada sasaran.
Dalam dunia komunikasi pada metoda penyampaian / mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan bentuk isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa pertama, semata-mata melihah komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Sedang yang kedua yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang pertama (menurut cara pelaksanaannya) dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu metoda Redundancy dan Kanalizing.
a. Redudanci
kita cukup menyadari, bahwa suatu komunikasi yang diharapkan keefektifitasnya, kuranglah mungkin bila mana hanya dilakukan hanya sekali atau dua kali saja. Apa lagi komunikasi yang mengarah pada perubahan pendapat, sikap dan prilaku bagi khalayak, haruslah dilakkukan secara continue. Sedikit demi sedikit sebab khalayak dalam membangun kepribadian dan sikapnya yang mau dirubah itu, dibentuk dan dibangun oleh ribuan bahkan jutaan tetesan komunikasi yang sebelumnya. Selama bertahun-tahun lamanya.
b. Kanalizing
Telah diterangkan, bahwa untuk merubah pendirian, pendapat dan sikap-sikap seseorang bukanla hal yang mudah. Hal tersebut sangat diikat sekali oleh apa yang disebut dengan kerangka referensi dan lapangan pengalaman. Segala sesuatu yang tidak cocok dengan itu akan ditolak oleh khalayak. Justru itu untuk mempengaruhi khalayak haruslah mengerti tentang kerangka referensi dan lapangan pengalaman dari khalayak tersebut, dan kemudian menyusun pesan dan metoda yang sesuai dengan itu.
c. Informatif
Perlu diketahui, bahwa memberi bentuk tertentu terhadap isi suatu pesan pada khalayak tertentu, dengan sendirinya akan menghasilkan efek tertentu pula. Dalam dunia pulishistik atau komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informative, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan.
d. Persuasuf
persuasuf berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik fikirannya, maupun perasaannya.
Untuk terjadinya suatu sugesti pada individu atau audience dapat dipermudah dengan jalan:
1. Menghambat (inhibition)
2. Memecah belah proses fikirannya. Hambatan dalam proses berfikir dapat terjadi karena
a. kelelahan
b. perangsang-perangsang emotional
e. Educatife
Metode educatife, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman.
Oleh karena itu suatu pernyataan kepada umum dengan memakai metoda educatife ini akan memberikan pengeruh yang mendalam kepada khalayak kendatipun hal ini akan memakan waktu yang sedikit lebih lama dibanding dengan memakai metoda persuasife.
f. Kursif
kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini masyarakat diipaksa tanpa perlu berfikir banyak lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau ide-ide yang dilontarkan. Oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi tentang pendapat-pendapat juga berisi tentang ancaman-ancaman.
Demikianlah sekedarnya untuk keperluan tulisan ini metoda penyampaian atau mempengaruhi, yang pada dasarnya masing-masiing dapat digunakan dan dapat menciptakan efektifitas sesuai dengan kondisi khalayak. Tetapi yang julas, metode dan metode yang disebutkan itu dapat saja digunakan secara bersama-sama, sehingga kekurangan yang satu dapat ditutupi oleh yang lain, demikian juga sebaliknya. Hemat kita hal ini akan mewujudkan efektifitas yang diharapkan dari komunikasi yang dilancarkan.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Penggunaan medium, sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat, dalam dunia akhir abad ke 20 ini, adalah suatu hal yang merupakan keharusan. Sebab selain media massa dapat menjangkau jumlah besar khalayak, jika dewasa ini rasanya kita tak dapat lagi hidup tanpa surat khabar, radio, film, dan mungkin juga televise. Dan agaknya alat-alat itu telah muncul, sebagai alat komunikasi massa yang sejati yang selain sebagai alat penyalur, juga mempunyai sisi fungsi yang komplek.
Kini adalah pada tempatnya, kita kembali menyoroti pers, film, radio dan televise sebagai medium publishtik yang banyak kita sebut dalam tulisan ini dari segi kemampuan-kemampuan dan kelemahannya serta kaitannya dengan tuntutan social psikologis dari audience social psikologis.
Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bah komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwadalam proses komunikasi, khalayakitu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif, sehinga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Artinya khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat diengaruhi oleh komunikan atau khalayak.
Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan memahami krangka pengalaman dan krangka referensi khalayak secara tepat dan seksama, yang meliputi:
a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari:
• Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
• Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan
• Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma elompok dan masyarakat yang ada.
c. Situasi dimana khalayak itu berada
Dengan sendirinya hal-hal tersebut dapat diketahui melalui orientasi, penjajakan atau penelitian. Kesemuanya ini meurupakan usaha untuk mengadakan identifikasi mengenai public.
Demikian juga dari segi kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya mengenai Inovasi, melalui penelitian dapat diperoleh identifikasi public atau khalayak. Dalam hal ini schoenfeld (dalam Astrid S. Soesanto, 141-142, 1974) mengungkapkan klasifikasi khalayak sebagai berikut
1. Innovator ataupun penemu idea adalah orang-orang yang kaya akan idea baru, dan karenanya mudanh atau sukar menerima idea baru orang lain.
2. Early adopters atau orang-orangyang cepat bersedia untuk mencoba apayang dianjurkan kepadanya.
3. early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima idea-idea baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.
4. majoritu atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau menolak idea baru, terbatas pada suatu daerah.
5. Non-adopters ataupunorang-orang yang tidak suka menerima idea baru dan mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang semula.
2. Menyusun Pesan
Awal dar efektifitas dari suatu komunikasi adalah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA. Procedure atau from attention to Action procedure, artinya membangkitkan perhatian untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
Pesan harus disampaikan dengan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju-tuju. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi dari pada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu. pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh ku\ebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki..
3. Menetapkan Metode
Seperti telah disinggung, bahwa mencapai efektifitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metoda-metoda penyampaiannya kepada sasaran.
Dalam dunia komunikasi pada metoda penyampaian / mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan bentuk isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa pertama, semata-mata melihah komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Sedang yang kedua yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang pertama (menurut cara pelaksanaannya) dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu metoda Redundancy dan Kanalizing.
a. Redudanci
kita cukup menyadari, bahwa suatu komunikasi yang diharapkan keefektifitasnya, kuranglah mungkin bila mana hanya dilakukan hanya sekali atau dua kali saja. Apa lagi komunikasi yang mengarah pada perubahan pendapat, sikap dan prilaku bagi khalayak, haruslah dilakkukan secara continue. Sedikit demi sedikit sebab khalayak dalam membangun kepribadian dan sikapnya yang mau dirubah itu, dibentuk dan dibangun oleh ribuan bahkan jutaan tetesan komunikasi yang sebelumnya. Selama bertahun-tahun lamanya.
b. Kanalizing
Telah diterangkan, bahwa untuk merubah pendirian, pendapat dan sikap-sikap seseorang bukanla hal yang mudah. Hal tersebut sangat diikat sekali oleh apa yang disebut dengan kerangka referensi dan lapangan pengalaman. Segala sesuatu yang tidak cocok dengan itu akan ditolak oleh khalayak. Justru itu untuk mempengaruhi khalayak haruslah mengerti tentang kerangka referensi dan lapangan pengalaman dari khalayak tersebut, dan kemudian menyusun pesan dan metoda yang sesuai dengan itu.
c. Informatif
Perlu diketahui, bahwa memberi bentuk tertentu terhadap isi suatu pesan pada khalayak tertentu, dengan sendirinya akan menghasilkan efek tertentu pula. Dalam dunia pulishistik atau komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informative, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan.
d. Persuasuf
persuasuf berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik fikirannya, maupun perasaannya.
Untuk terjadinya suatu sugesti pada individu atau audience dapat dipermudah dengan jalan:
1. Menghambat (inhibition)
2. Memecah belah proses fikirannya. Hambatan dalam proses berfikir dapat terjadi karena
a. kelelahan
b. perangsang-perangsang emotional
e. Educatife
Metode educatife, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman.
Oleh karena itu suatu pernyataan kepada umum dengan memakai metoda educatife ini akan memberikan pengeruh yang mendalam kepada khalayak kendatipun hal ini akan memakan waktu yang sedikit lebih lama dibanding dengan memakai metoda persuasife.
f. Kursif
kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini masyarakat diipaksa tanpa perlu berfikir banyak lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau ide-ide yang dilontarkan. Oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi tentang pendapat-pendapat juga berisi tentang ancaman-ancaman.
Demikianlah sekedarnya untuk keperluan tulisan ini metoda penyampaian atau mempengaruhi, yang pada dasarnya masing-masiing dapat digunakan dan dapat menciptakan efektifitas sesuai dengan kondisi khalayak. Tetapi yang julas, metode dan metode yang disebutkan itu dapat saja digunakan secara bersama-sama, sehingga kekurangan yang satu dapat ditutupi oleh yang lain, demikian juga sebaliknya. Hemat kita hal ini akan mewujudkan efektifitas yang diharapkan dari komunikasi yang dilancarkan.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Penggunaan medium, sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat, dalam dunia akhir abad ke 20 ini, adalah suatu hal yang merupakan keharusan. Sebab selain media massa dapat menjangkau jumlah besar khalayak, jika dewasa ini rasanya kita tak dapat lagi hidup tanpa surat khabar, radio, film, dan mungkin juga televise. Dan agaknya alat-alat itu telah muncul, sebagai alat komunikasi massa yang sejati yang selain sebagai alat penyalur, juga mempunyai sisi fungsi yang komplek.
Kini adalah pada tempatnya, kita kembali menyoroti pers, film, radio dan televise sebagai medium publishtik yang banyak kita sebut dalam tulisan ini dari segi kemampuan-kemampuan dan kelemahannya serta kaitannya dengan tuntutan social psikologis dari audience social psikologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar